Jalan Berlubang dan Drainase Mandul: Pemerintah Pringsewu, Anda Tidur?

Jalan Berlubang dan Drainase Mandul: Pemerintah Pringsewu, Anda Tidur?

Oleh: Eddie Rembo GPS

Globalpewartasakti.com | Pringsewu(GPS). Kabupaten Pringsewu kini tengah berdiri di atas jurang ketidakpedulian.
Jalan-jalan berlubang bak perangkap maut dibiarkan menganga, menanti korban berikutnya.

Dan benar saja, angka kecelakaan terus meningkat, dan siapa yang peduli? Tentu bukan para penguasa daerah yang duduk nyaman di balik meja empuk kantor pemerintahan,atau wakil rakyat yang kita titipkan suara.

Dari Kecamatan Gadingrejo hingga pusat kota Pringsewu, pemandangan yang tersaji adalah potret kegagalan: Drainase yang tak berfungsi, tersumbat, dangkal, bahkan ada yang terhalang bangunan.

Apakah ini bentuk pembangunan? Tidak. Ini adalah bukti nyata dari abainya sistem. Ketika air hujan turun, bukan hanya banjir yang datang, tapi juga amarah warga yang bosan dijadikan korban ketidakbecusan.

Lihatlah di sekitar Universitas Aisyiyah Pringsewu, tepatnya di Dusun Wonokriyo yang berbatasan dengan Tambahrejo.

Tidak ada hujan air sudah biasa meluap dan menggenang. Apalagi Setiap hujan turun, genangan air berubah menjadi kubangan banjir. Mahasiswa dan warga terjebak dalam lumpur ketidakpedulian. Seakan hidup di negeri tak bertuan, ini tanggung jawab siapa?

Masalah ini bukan muncul kemarin sore. Ini sudah lama terjadi. Tapi mengapa tak kunjung ada perbaikan? Jawabannya sederhana: karena tak ada yang benar-benar peduli. Pemerintah daerah memilih untuk menutup mata. Seakan jalan berlubang itu bukan urusan mereka. Seakan banjir itu hanya masalah alam, bukan karena tata kelola buruk dan pembangunan yang sembrono.

Dan ketika awak media menyoroti, yang terjadi bukan evaluasi, tapi saling lempar tanggung jawab. Dinas PU menunjuk camat. Camat menyalahkan desa. Desa menyalahkan warga. Lalu siapa yang benar-benar bekerja? Siapa yang benar-benar turun tangan?

Beginilah wajah birokrasi yang hanya pintar beretorika tapi tumpul dalam eksekusi. Apakah kita harus menunggu lebih banyak korban untuk sekadar menambal jalan? Apakah kita harus tenggelam dulu untuk sekadar memperbaiki saluran air?

Cukuplah! Rakyat tidak butuh janji, rakyat butuh aksi. Jalan berlubang bukan lukisan abstrak untuk dikagumi, dan banjir bukan atraksi musiman yang layak ditonton. Ini soal keselamatan. Ini soal nyawa. Dan jika pemerintah daerah masih memilih diam, maka mereka sesungguhnya telah mengkhianati amanah rakyat.

Wake up, Pringsewu! Bangunlah dari tidur panjangmu. Karena jika rakyat terus dibiarkan menderita, maka percayalah kemarahan mereka suatu saat akan membanjiri jalanan, jauh lebih deras dari air hujan yang kau abaikan.(Eddie Rambo GPS).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *