Globalpewartasakti.com | Lampung Selatan (GPS) – Sulitnya akses permodalan menjadi salah satu masalah paling mendesak yang dihadapi petani di Lampung Selatan. Banyak petani mengaku kesulitan mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk modal tanam, sehingga terpaksa meminjam ke tengkulak atau rentenir dengan bunga tinggi.
Ketua OKK DPD Pemuda Tani Lampung, Akbar Gemilang, menyebut kondisi ini makin memperburuk nasib petani yang juga harus menghadapi ancaman bencana alam.
“Modal adalah urat nadi usaha tani. Tanpa modal yang cukup, petani tidak bisa membeli benih, pupuk, atau alat produksi. Sayangnya, akses ke KUR masih berbelit dan tidak merata,” kata Akbar, Senin, (22/09/25).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia mengingatkan, selain kesulitan modal, petani juga baru saja dihantam bencana banjir pada awal tahun lalu. Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Lampung Selatan menyebabkan jebolnya tanggul di empat desa: Bandan Hurip, Palas Pasemah, Pematang Baru, dan Sukaraja. Ribuan hektare sawah terendam sehingga banyak petani mengalami kerugian besar.
“Petani kita ini seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Modal sulit, pupuk langka, cuaca ekstrem, ditambah lagi banjir akibat tanggul jebol yang merendam sawah. Kerugian mereka berlipat,” ujar Akbar.
Menurutnya, Pemkab Lampung Selatan harus lebih aktif membantu petani mengakses program KUR dan permodalan lainnya, sekaligus mempercepat perbaikan infrastruktur yang rusak akibat banjir.
“Kami mendesak Pemkab mempermudah syarat dan prosedur KUR agar petani tidak lagi bergantung pada rentenir. Pemerintah juga perlu memastikan perbaikan tanggul-tanggul yang jebol agar kejadian banjir serupa tidak terulang,” tegasnya.
Akbar menambahkan, akses modal yang mudah akan mendorong petani berinovasi, termasuk menerapkan teknologi pertanian presisi dan pupuk alternatif yang lebih ramah lingkungan.
“Kalau modalnya tersedia dan infrastruktur pendukungnya aman, petani kita bisa lebih siap menghadapi kekeringan, banjir, dan menekan biaya produksi. Ini akan meningkatkan daya saing pertanian Lampung Selatan,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya pendampingan dari penyuluh agar petani memahami prosedur pengajuan KUR dan mengelola pinjaman secara bijak.
“Jangan hanya disuruh pinjam, tapi juga diberi bimbingan. Dengan begitu petani tidak hanya punya modal, tapi juga kemampuan mengelola usahanya,” kata Akbar lagi.
Pemuda Tani berharap isu permodalan dan perbaikan infrastruktur mendapat perhatian utama Pemkab Lampung Selatan sebagai bagian dari upaya menjaga ketahanan pangan daerah.
“Ini momentum bagi Pemkab untuk membuktikan keberpihakan pada petani. Jangan sampai bencana seperti banjir dan tanggul jebol ini terulang lagi. Tanpa modal dan infrastruktur yang kuat, apa pun yang kita bicarakan soal pertanian akan sulit terwujud,” tutupnya.(*)