Globalpewartasakti.com | Lampung (GPS) –Diskusi publik yang digelar pada [Rabu/01 Oktober 2025, Di aula stai yasba ] berakhir dengan kekecewaan mendalam dari peserta, khususnya mahasiswa. Mereka menilai forum tersebut hanya menjadi ajang seremonial tanpa substansi, karena narasumber yang hadir tidak mampu memberikan jawaban konkret atas pertanyaan yang diajukan.
Mahasiswa menuding narasumber tidak siap dengan data, bahkan terkesan menghindari pertanyaan kritis yang menyentuh inti persoalan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami kecewa, narasumber hadir tanpa membawa solusi. Jawaban yang diberikan hanya muter-muter, penuh retorika, dan tidak menyentuh masalah inti. Kalau begini, untuk apa ada diskusi publik?” ungkap Reza Fernando selaku korda bem si.
Lebih jauh, mahasiswa menilai kredibilitas narasumber patut dipertanyakan. Alih-alih tampil sebagai sumber informasi yang bisa dipercaya, mereka justru memperlihatkan sikap yang menutup diri dan hanya mengulang narasi lama.
“Narasumber seakan tidak menguasai masalah. Mereka lebih banyak berkilah daripada menjelaskan. Kalau terus seperti ini, wajar kami menilai mereka tidak kredibel,” ujar Evan sofiyan selaku Presma bem UIM Lampung.
Sikap defensif narasumber juga disorot tajam. Alih-alih terbuka terhadap kritik, mereka justru lebih banyak mengelak dan membela diri. Hal ini membuat forum yang semestinya menjadi ruang transparansi justru kehilangan makna.
“Narasumber Diskusi publik ini hanya jadi panggung pencitraan. Publik butuh jawaban, bukan alasan. Kalau terus begini, masyarakat akan kehilangan kepercayaan pada forum-forum seperti ini,” tegas mahasiswa lain.
Mahasiswa mendesak agar ke depan, setiap narasumber yang hadir wajib membawa data yang akurat, transparan, serta berani menjawab pertanyaan kritis. Mereka juga mengingatkan bahwa forum publik bukan sekadar acara seremonial, melainkan wadah untuk mencari solusi nyata.
Sebagai ultimatum, mahasiswa menyatakan siap mengambil langkah lanjutan apabila pola seperti ini terus berulang.
“Kalau diskusi hanya dijadikan formalitas tanpa keberanian untuk terbuka, jangan salahkan kami jika jalan aksi menjadi pilihan. Karena tugas mahasiswa adalah memastikan suara rakyat tidak diabaikan,” tegas salah seorang perwakilan mahasiswa.(*)